That toxic realtionship




"BEAUTIFUL THOUGHT... WDYT ABOUT TOXIC RELATIONSHIP"



78 dari 100 orang terjebak dalam toxic relationship.

Cara mengetahui apakah kita termasuk dari 78 orang tersebut adalah dengan memahami arti Toxic relationship itu sendiri. Toxic relationship merujuk pada sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku 'beracun' yang merusak fisik maupun emosional diri sendiri maupun pasangan. Jika dalam hubungan yang sehat didominasi oleh kasih sayang, rasa saling menghormati, dan penerimaan, maka toxic relationship adalah kebalikannya.

Tidak hal ini tidak serta merta hanya antara perempuan dan laki-laki yang menjalin hubungan. Bukan hanya soal itu. Tapi toxic relationship ini juga di di alami dalam keluarga dan pertemanan. Mengapa? karena sejujurnya efek dari toxic relationship ini dirasakan akibat dari perilaku orang-orang disekitar. Untuk itu alangkah baiknya kita tumbuh dan berkembang di circle yang 'sehat'.


1. Keluarga

Pengaruh terbesar kondisi mental seseorang dimulai dari keluarga. rumah. Dari rumah lah pribadi seseorang mulai tumbuh. Tidak sedikit orang-orang yang memiliki kendala mental dan perasaan dilatar beakangi oleh kondisi keluarganya.

Sebagai bagian dari sebuah keluarga yang dikuatkan oleh hubungan darah maupun ikatan janji suci, alangkah baiknya jika mendukung satu sama lain. Bukan malah menjatuhkan satu dan yang lainnya. Walau kadang berkedok "nasihat", banyak juga yang merasa tertekan dengan kata demi kata yang bermaksud mendorong si target.

Walau hanya sepatah kata seprti "Bodoh", "Gendut", "Nakal", "Nyusahin". Namun, siapa sangka hal itu dapat mempengaruhi pikiran seseorang dan membuat seseorang merasa tidak nyaman dengan keadaannya. Memiliki keluarga yang 'sehat' adalah hal utama yang membangun pribadi seseorang menjadi baik.

Sebuah keluarga dapat dikatakan Toxic bila 
  • Menjatuhkan satu sama lain.
  • Mengkritik kondisi berlebihan.
  • Melontarkan kata kasar (makian, hardikan, cacian).
  • Tidak mendukung hal yang diminati.
  • Perceraian yang tidak damai.
  • Mengomentari bentuk fisik
  • Membandingkan prestasi atau akademis antar anak, dan masih banyak lagi.


2. Teman

Sebagai mahluk sosial, kita selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup kita. Seorang teman yang dapat diandalkan dan Ikhlas membantu adalah yang pantas didapatkan setiap orang. Salah satu penyebab dari Toxic relationship berasal dari circle pertemanan yang tidak sehat.

Dalam artian, lingkup pertemanan yang terlalu banyak menuntut sehingga membuat tertekan haruslah dihindari. Sebagai seorang teman haruslah sadar bahwa tidak ada manusia yan sempurna. Untuk itu terimalah kekurangan dari orag lain, jangan sampai hanya memanfaatkan kelebihannya saja.

Berteman dengan seseorang yang memberi feedback atau yang selalu ada?
Dari tanggapan pribadi, seorang teman yang memberi feedback yang baik adalah teman yang sehat. Tidak ingin munafik, mari kita menjadi realistis. Tidak mungkin seseorang selalu ada 24 jam untuk kita. ataupun ada disaat terpuruk dan disaat senang kita. jujur saja, tidak ada orang yang seperti itu.

Berhenti beranggapan bahwa teman yang baik adalah yang selalu ada disaat susah maupun senang. Karena realistisnya seseorang yang memperlakukan kita baik dan hangat adalah seseorang yang membuat kita nyaman dan terhibur. 




3. Pasangan

Diluar dunia pernikahan. Menjadi remaja dan menikmati masa muda, adalah hal wajar. Bersanding dengan seseorang yang diinginkan adalah hal yang sah-sah saja. Namun bertahan untuk seseorang yang menekan dan menyakiti adalah hal yang tidak wajar.

Untuk mengindari toxic relationship, seseorang harus dapat memposisikan perbedaan 'ingin' dan 'butuh'. Terkadang seseorang yang diinginkan membuat kita tergantung dan tanpa disadari ketergantungan itu dapat menjadi boomerang  terhadap diri sendiri. 

























Let me know that u here, by hit me up on

instagram: https://www.instagram.com/amyrahzc/

Twtter: https://twitter.com/rahasiauranus 







Comments

Popular posts from this blog

Also a poet

This poet

My POV about Asia